Sunday, August 9, 2009

Mengharap Tumpukan Koran Jadi Uang

Tiga anak muda asal Yogyakarta iseng ikutan seminar soal daur ulang. Iseng pula mempraktikkan ilmunya pada kertas koran. Iseng-iseng berhadiah, tak hanya rupiah tapi juga sunah.

Dluwang, dipelopori tiga sekawan Yunnas Habibillah, Dande Noradi Ardian, dan Briko Alwiyanto. Ketiganya mampu mengubah nilai kertas koran yang rendah kembali berdaya guna menjadi tas-tas cantik nan unik. Mereka memplintir-plintir kertas koran, merangkainya membentuk tas dengan teknik yang hampir serupa seperti tas anyaman dari rotan atau eceng gondok.

"Bener-bener iseng awalnya, plintir-plintir koran, trus jadi. Awalnya belum kuat. Trus kita pikirin lagi gimana supaya tahan air," tutur Dande ketika dijumpai Kompas.com di sela-sela acara Young Enterpreneurs Start up (YES) Competition Award 2009 di Balai Kartini, Kamis (6/8).

Melalui hasil evaluasi akhirnya mereka menggunakan khasiat lem dan pelitur atau antitoksin untuk mengakali agar bahan kertas koran yang sudah dirangkai menjadi tas tersebut tidak mudah hancur ketika terkena air.

Setelah menemui bentuk awalnya pada awal tahun 2008, tiga sekawan ini memutuskan untuk membangun usaha daur ulang kertas koran ini atas merek Dluwang. Dalam bahasa Jawa, dluwang artinya kertas.

"Awalnya kita enggak langsung jual. Kita coba pakai aja yang sudah kita bikin di Festival Kesenian Yogyakarta waktu itu. Lalu ketemu teman yang sedang jalan dengan seorang wisatawan dari Hawaii. Dia kemudian tertarik dan mendorong kami untuk menekuninya," lanjut Dande.

Sejak itu, mereka serius menekuni bisnis daur ulang kertas koran ini hingga kemudian mampu bekerja sama dengan 15 orang pekerja lokal melalui sistem desa binaan. Order dari konsumen diserahkan kepada para pekerja dari desa binaan ini.

Dengan bekerja sama, Dluwang dapat memproduksi 500-700 tas setiap bulannya. Bagian Dande, Yunnas dan Briko sekarang berkisar soal pemasaran. Bukan hanya tas, bisnis daur ulang dikembangkan ke bentuk pigura.

Sebagai produk pendukung, mereka juga membuat pulpen dari ranting pohon dan juga sandal berdesain unik. Tas-tas Dluwang dibanderol pada harga Rp 30.000- Rp 100.000, pulpen Rp 5.000, dan sandal diharga Rp 35.000-Rp 40.000.

Karena keunikan produk dan prospek bisnis yang cerah, merek Dluwang kemudian dipilih sebagai salah satu pemenang dalam YES Competition Business Award 2009 dan berhak memperoleh uang tunai Rp 10 juta serta memperoleh pendampingan dari eksekutif bisnis pilihan Indonesia Business Link (IBL).

Dande mengatakan, dia dan kedua temannya akan tetap serius menggarap Dluwang. Dande mengaku pemasaran yang dilakukan Dluwang baru melalui pameran dan penawaran online melalui alamat website dluwangart.com, menempel di website lain dan akun Facebook. "Melalui online, justru produk kita bisa dikenal luas juga sih," ungkap Dande.

Namun, Dande mengatakan, mereka masih berharap memiliki gerai sendiri di kawasan pariwisata Yogyakarta. Menurut Dande, jika negosiasi berhasil, dalam waktu dekat mereka akan membuka gerai di Jl Rotowijaya Alun-Alun Utara, Yogyakarta.(kmp)

Sumber : www.suaramedia.com

0 comments:

Post a Comment

Mohon tinggalkan jejak Sobat, dengan memberikan komentar. Trimakasih.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Cheap Web Hosting